Ratusan siswa SMA 6 terlibat tawuran dengan puluhan wartawan berbagai media, Senin, 19 September 2011, siang tadi. Tawuran tersebut terjadi di depan sekolah SMA 6, tepatnya di Jalan Mahakam, lintasan antara Plaza Blok-M dengan SMA 6. Diduga tawuran tersebut terjadi terkait dengan aksi pengeroyokan wartawan Trans 7 yang terjadi dua hari lalu. Pengeroyokan tersebut rupanya terjadi kembali pada Senin pagi tadi ketika sejumlah wartawan beraksi solidaritas.
Awalnya wartawan dari berbagai media melakukan aksi damai di depan sekolah berkaitan dengan pemukulan terhadap wartawan stasiun televisi Trans 7 yang diduga dilakukan oleh siswa SMAN 6, Jumat malam, 16 September 2011. Aksi damai berubah menjadi bentrokan ketika siswa keluar dari sekolah dan menyerang wartawan. Insiden pengeroyokan tersebut rupanya memancing wartawan untuk menyambangi SMA 6. Siang tadi, puluhan wartawan duduk-duduk di pinggir Jalan Mahakam untuk meliput. Ada juga wartawan yang ke sana untuk melakukan aksi solidaritas bagi rekannya yang menjadi korban pengeroyokan. Pertemuan kedua massa tersebut tak berujung baik. Apalagi waktunya bertepatan dengan jam pulang anak sekolah. Emosi mulai tersulut ketika sekelompok wartawan yang tengah duduk merasa melihat pelaku pengeroyokan rekannya melintas di depan mereka. Murid tersebut, yang tengah melintas bersama sekelompok rekannya terlibat baku hantam dengan sekelompok wartawan. Pantauan Tempo, salah seorang murid SMA 6 terkena hantaman hingga darah mengocor dari mulut dan hidungnya. Saling dorong dan saling sorak pun terjadi antara kedua kelompok tersebut. Puluhan polisi yang berada di lokasi tak kuat melerai keributan yang terjadi. Keributan tersebut terjadi tepat di depan gerbang keluar sekolah. Fotografer Kontan, Fransiskus Simbolon (kanan) mencoba bertahan dari serangan para siswa SMAN 6 di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan, Senin (19/9/2011). Kejadian ini bermula saat sejumlah wartawan melakukan aksi protes berkaitan dengan kasus perampasan kamera video salah satu wartawan Trans 7 saat meliput tawuran sekolah tersebut. Pada saat yang bersamaan ratusan siswa kemudian berjalan dari arah Bulungan menuju lokasi berkumpulnya wartawan. Keributan pun berpindah dari depan gerbang ke tengah Jalan Mahakam. Skalanya jauh lebih besar dari keributan semula. Ratusan siswa dan wartawan bentrok saling dorong di tengah jalan. Polisi bahkan sempat mengeluarkan tembakan peringatan tiga kali. Lantaran jumlah polisi tak seberapa, kehadiran mereka jadi tak terasa pengaruhnya. Keributan semakin panas dan suasana semakin tidak kondusif. Beberapa kali terlihat ada helm, botol, dan batu yang dilempar ke udara, mengincar massa. Lantaran kalah jumlah, kerumunan wartawan yang terjepit berhamburan lari menyelamatkan diri ke arah Markas Besar Polri. Siswa SMA terus mengejar sambil melempar barang yang didapat sekenanya dari pinggir jalan. Isi status Twitter Gilang Perdana Salah satu korban tawuran adalah Banar Fil Ardhi, wartawan foto dari kompas.com. Banar mengaku terjatuh ketika hendak berlari dari kejaran anak SMA. Ketika itu pula ia dihajar oleh massa. "Saya tengkurap ketika dihajar," kata Banar. Banar terluka di bagian jidat dan pelupuk matanya memar membiru. Puluhan mobil media juga jadi sasaran amuk massa. Mobil Avanza Trans 7 yang ditumpangi Tempo untuk melarikan diri kaca depannya pecah dilempar batu. Kepala Kepolisian Resor Jakarta Selatan Komisaris Besar Imam Sugianto mengatakan bahwa aparat akan menindak siapa pun yang bersalah dalam insiden tawuran tersebut. Ia berjanji kepolisian akan bertindak profesional dan proporsional dalam menangani kasus ini. "Siapa pun yang bersalah akan kami tindak," ujarnya.[tempointeraktif.com] |