Cari Artikel disini

Perjuangan Seorang Ibu

Siang itu, seorang remaja yang belum genap 18 tahun bersama ibunya tampak berada di depan sebuah kios di Pasar Baru Bandung untuk menagih pesanan barang yang belum dibayar si empunya kios. Ibu dan anaknya ini sengaja datang dari jauh untuk melunasi pembayaran uang masuk kuliah yang jatuh tempo hari itu.

Ibu : “Pak, tolong dong dibayar tagihannya. Sudah hampir 1 bulan sejak janji bapak terakhir. Ini buat bayar uang masuk kuliah anak saya. Paling lambat hari ini.”
Pemilik kios (PK) : “Wah, itu mah urusan istri saya, wong saya gak pesan. Lagian ini barang masih numpuk begini. Gini aja deh bu, minggu depan deh.”
I : “Wah, tolong deh pak.. ini buat bayar kuliah anak saya. Kalo hari ini gak bayar, bisa gak masuk…” Ibu itu mengiba memelas di depan banyak pelanggan toko itu.
PK : “Bener bu, saya juga lagi gak pegang uang. Minggu depan deh.”, Dia berkata sambil menyalahkan istrinya yang duduk di kios seberangnya, dan tak berapa lama mereka pun bertengkar.

Karena melihat tanpa harapan, sang ibu memutuskan untuk menyambangi kakak ipar suaminya yang tinggal di daerah kota. Kebetulan kakak iparnya ini cukup berpunya. Sesampainya mereka di toko saudaranya itu, mereka disapa dengan basa-basi. Sebetulnya sang ibu enggan meminta pertolongan ke saudaranya karena dahulu pernah ada salah paham dengan suaminya. Setelah menyampaikan maksud kedatangannya, keluarga itu langsung menolak secara halus dengan berkata uang tunai hari itu sudah disetor. Sekali lagi sang ibu memohon-mohon untuk dibantu, tanpa menghiraukan senyum sinis anggota keluarga dan tatapan merendahkan para pelanggan toko.

Merasa sekali lagi jalannya buntu, ibu itu menarik tangan anaknya sambil berterima kasih. Tanpa putus apa, sang ibu datang ke pihak universitas. Tapi malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih, batas waktu pembayaran sudah lewat. Ibu itu memohon sekali lagi kepada seorang ibu yang ternyata menjabat bidang sekretariat penerimaan mahasiswa baru untuk bisa dibantu dalam pembayaran. Ibu yang baik hati ini menyarankan sang ibu untuk pergi menuju bank swasta tempat kliring pembayaran pendaftaran.

Sang ibu tanpa menyia-nyiakan waktu bergegas menuju bank tersebut. Waktu sudah menunjukkan pukul 15 yang artinya batas kliring sudah berlalu beberapa jam sebelumnya. Si anak disuruhnya menunggu di luar sambil berdoa. Sekitar 1 jam berlalu, 2 jam berlalu, si anak mulai gelisah karena ibunya tak kunjung keluar. Dan ketika langit sudah mulai gelap, ibunya keluar dari kantor sambil menahan isak tangis dengan sapu tangannya yang basah. Sang ibu menuntun si anak untuk masuk ke dalam kantor.

Di dalam kantor, si anak bertemu seorang ibu muda yang sedang hamil dan kemudian menyambut anak itu.”Oh, ini ya yang mau kuliah?”. Anak itu mengangguk sambil menunjukkan wajah kebingungan. Sang ibu kemudian memperkenalkan ibu muda itu sebagai direktur kepala cabang bank tersebut. Ibu direktur itu menenangkan sang ibu, dan berkata kepada si anak. “Ingat hari ini ya dik, perjuangan ibumu supaya kamu bisa diterima benar-benar membuat saya tersentuh. Belum pernah saya merogoh uang pribadi saya sendiri untuk membantu nasabah. Kamu harus belajar yang rajin ya, supaya kuliahnya tidak lama dan tidak membebani orang tua.”
Setelah berkata seperti itu, ibu direktur menyalami dan memeluk sang ibu. Tanpa sadar, ia meneteskan air mata. Si anak pun bergetar hebat dan terharu melihat kebaikan ibu direktur itu. Dan dia berjanji dalam hati untuk menuntaskan kuliahnya sesuai waktunya.

Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun berlalu, si anak selalu mengingat hari itu ketika masalah di perkuliahan menimpanya, ketika dosen membentaknya, ketika nilainya jeblok, atau ketika orang tuanya terlambat mengirimkan uang. Bagaimanapun ia harus berjuang. sampai akhirnya sekarang anak itu sudah menjadi seorang dokter.

Anak itu adalah aku.

Perjuangan baru saja dimulai.

Terima kasih ibu.
I love you..

Untuk para ibu yang membaca, selamat hari ibu..
kasih dan pengorbananmu tiada batas.

diambil dari http://perjalanansukses.wordpress.com/2011/03/14/perjuangan-seorang-ibu/










Artikel Terkait